Friday, May 27, 2011

BEBERAPA CARA MENCEGAH GLOBAL WARMING

1. Jika bisa tidak makan makanan cepat saji
2. Mematikan lampu jika tidak terpakai
3. Jangan membuka lemari es (kulkas) terlalu lama
4. Menggunakan lampu hemat energi
5. Mengganti bahan bakar kendaraan, seperti bio solar, bio pertamax
6. Memakai gelas yg bisa di pakai terus-menerus
7. Mematikan mesin kendaraan saat tidak terpakai
8. Masak dan makan dari bahan yang masih segar
9. Menggunakan produk lokal
10. Mendaur ulang barang-barang yang masih bisa di daur ulang seperti: plastik, kertas, alumunium dll

Friday, May 20, 2011

Keadaan Bumi Masa Kini

Bumi ini adalah kumparan berukuran besar yang berputar secara perpetual dengan pusat massa adalah garis vertikal kutub utara-kutub selatan. Dengan angular momentum konstan, maka energy kinetic yang terjadi tidak dirasakan oleh manusia ataupun mahluk yang ada dibumi ini. Energy kinetic yang dihasilkan dari perputaran perpetual bumi menyebabkan gravitasi, daya tarik bumi terhadap benda-benda yang dekat dengan bumi.

Melimpahnya CO 2 di atmosfir menyebabkan keseimbangan alam bumi berubah, ozon pun menjadi kecil dan menyebabkan lubang besar yang memungkinkan ultra violet sinar matahari mencapai ke bumi langsung tanpa filter oleh atmosfir bumi. Ultra violet sinar matahari yang masuk lewat kutub Selatan dan
Utara ini dimana ozon bumi sudah terkikis.


Pernahkah anda membayangkan dunia yang hanya diisi oleh manusia saja. Hewan-hewan banyak yang punah
(kecuali hewan parasit), demikian juga tumbuh-tumbuhan. Sungguh suatu keadaan yang sangat mengerikan apabila hutan hujan berubah menjadi gurun, sungai mengering dan sumber-sumber kehidupan semakin menyusut. Manusia sebagai satu-satunya penguasa di bumi tumbuh seperti semut yang menghabiskan semua sumber daya sekarang dan masa depan.

Yang tinggal mungkin hanyalah bekas planet yang diberi nama “Earth”dulunya biru yang sekarang berubah warna menjadi merah.




Yang atas adalah gambar bumi sekarang, dan yang bawah adalah gambar bumi di masa depan (hanya sebuah ilustrasi)
Apakah benar seperti yang dikatakan banyak orang bahwa kiamat akan segera tiba ? Bayangkan saja pada zaman rasulullah saja beliau bersabda bahwa

kiamat sudah dekat, Bagaimana dekatnya kita sekarang ini ? Wallahua’lam…
Oleh karena itu kawan sudah semestinya kita ini para calon intelektual muda untuk dapat dan sepantasnya memberi contoh yang baik untuk anak cucu kita di masa mendatang agar dapat membuat bumi kita menjadi biru lagi, bagaimana caranya? Diawali dengan hal yang mudah dulu, yaitu membuang sampah pada tempatnya, kemudian baru dengan cara penghijauan lingkungan sekitar kita dahulu, setelah itu baru kelingkup yang lebih luas.

KONDISI HUTAN MANGROVE

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai
atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. .

  1. Kondisi Umum di Indonesia
Berdasarkan data tahun 1984, Indonesia memiliki mangrove dalam
kawasan hutan seluas 4,25 juta ha, kemudian berdasar hasil interpretasi citra
landsat (1992) luasnya tersisa 3,812 juta ha dan berdasarkan data Ditjen RRL (1999), luas hutan mangrove Indonesia tinggal 9,2 juta ha (3,7 juta ha dalam kawasan hutan dan 5,5 juta hadi luar kawasan). Namun demikian, lebih dari setengah hutan mangrove yang ada (57,6 %), ternyata dalam kondisi rusak parah, di antaranya 1,6 juta hadalam kawasan hutan dan 3,7 juta ha di luar kawasan hutan. Kecepatan
kerusakan mangrove mencapai 530.000 ha/th

B. Kondisi Mangrove di Sumatera Barat
Hampir sama dengan kondisi Indonesia pada umumnya, kondisi hutan
mangrove di Sumatera Barat juga sedang mengalami degradasi.
total luas hutan mangrove di Sumatera Barat 51.915,14 ha.
Di daratan Sumatera Barat, hutan mangrove yang terletak dalam kawasan
hutan 6.060,98 ha dan di luar kawasan hutan 13.253,76 ha, sedangkan sisanya
terletak di Kepulauan Mentawai 32.600,00 ha. Dari luasan hutan mangrove
yang berada di daratan Sumatera Barat tersebut hanya 4,7% (909,82 ha) yang
kondisinya baik, sementara 95,3% (18.404,92 ha) dalam keadaan rusak

C.Beberapa jenis mangrove
- Bakau (Rhizopora )
- Api-api (Avicennia )
- Pedada (Sonneratia )
- Tanjang (Bruguiera )


D.Peranan Sosial Ekonomis Mangrove

1.Bahan Bangunan
    Kayu mangrove seperti R. apiculata, R. Mucronata, dan B. gymnorrhiza
sangat cocok digunakan untuk tiang atau kaso dalam konstruksi rumah karena
batangnya lurus dan dapat bertahan sampai 50 tahun. Pada tahun 1990-an
dengan diameter 10-13 cm, panjang 4,9-5,5 m dan 6,1 m, satu tiang mencapai
harga Rp 7.000,- sampai Rp 9.000,-. Kayu ini diperoleh dari hasil penjarangan

2. Pertanian
    Keberadaan hutan mangrove penting bagi pertanian di sepanjang pantai
terutama sebagai pelindung dari hempasan angin, air pasang, dan badai.
Budidaya lebah madu juga dapat dikembangkan di hutan mangrove, bunga dari
Sonneratia sp. dapat menghasilkan madu dengan kualitas baik. Tempat di
areal hutan mangrove yang masih terkena pasang surut dapat dijadikan
pembuatan garam. Pembuatan garam dapat dilakukan dengan perebusan air
laut dengan kayu bakar dari kayu-kayu mangrove yang mati. Di Bali, garam
yang diproduksi di sekitar mangrove dikenal tidak pahit dan banyak
mengandung mineral dengan harga di pasar lokal Rp 1.500,-/kg, sedangkan
bila dikemas untuk dijual kepada turis harganya menjadi US$ 6 per 700 gram

3. Obat-obatan
    Beberapa jenis mangrove dapat digunakan sebagai obat tradisional. Air
rebusan R. apiculata dapat digunakan sebagai astrigent. Kulit R. mucronata
dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan. Air rebusan Ceriops tagal
dapat digunakan sebagai antiseptik luka, sedangkan air rebusan Acanthus
illicifolius dapat digunakan untuk obat diabetes.

Wednesday, March 30, 2011

Admin :D

Admin : Khairil as a creator
              Rifqi as a creator
              Azis as a creator
              Fadil as a creator

Twitter : Khairil : @khairilanshar
               Rifqi : @rifqiwisnu
               Azis : @azispramanew 
               Fadil : @fadil0712 / fadilaja@yahoo.com

Facebook : Khairil : irillucu@yahoo.co.id
                   Rifqi : rifqiwisnu@yahoo.com
                   Azis : azis_prama@yahoo.co.id
                   Fadhil : fadilafganisme@yahoo.co.id


Thanks For The Reader and don't Forget to comment and vote Thanks 
by: admin

Sunday, March 20, 2011

PENEBANGAN LIAR

Penebangan liar memiliki dampak yang menghancurkan hutan. Efeknya termasuk deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim mendorong. Hal ini menciptakan konflik sosial dengan penduduk asli dan lokal dan mengarah pada kekerasan, kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia.
hutan Kuno telah berevolusi selama ribuan tahun ke habitat yang unik dan vital bagi jutaan jenis tumbuhan dan hewan. Mereka juga rumah bagi jutaan orang yang bergantung pada mereka untuk mata pencaharian mereka dan kelangsungan hidup.
Diperkirakan bahwa sekitar 1,6 milyar orang di seluruh dunia bergantung pada hutan untuk mata pencaharian dan 60 juta masyarakat adat bergantung pada hutan untuk subsisten mereka.
Klik pada gambar diatas untuk melihat perjalanan kayu ilegal dari hutan ke konsumen

Skala Soal

Antara Agustus 2003 dan 2004, laju deforestasi untuk Amazon, hutan tropis terbesar di dunia, adalah yang tertinggi kedua yang pernah dicatat. Seluas 26.130 kilometer persegi - sekitar ukuran Belgia - hancur, sebagian besar secara ilegal.
Contoh Harga Kayu Illegal Logging di Memproduksi Negara
  • Di Indonesia diperkirakan sampai 90 persen penebangan adalah ilegal.
  • Di Amazon Brazil diperkirakan bahwa 60-80 persen penebangan adalah ilegal.
  • Dalam Kamerun 50 persen dari penebangan antara 1999-2004 diperkirakan telah ilegal.

Pembalakan liar pendanaan kejahatan dan mendistorsi pasar

Pendapatan dari kegiatan illegal logging telah digunakan untuk mendanai perang saudara, kejahatan terorganisir dan pencucian uang, semua yang mengancam keamanan internasional.
Penebangan liar merusak perdagangan kayu legal dan dikelola dengan baik oleh perusahaan yang bertanggung jawab oleh bawah memotong harga dan membuatnya kurang kompetitif. Link ke dokumen dengan perusahaan sign up yang saya kirimkan melalui am?
Bank Dunia memperkirakan bahwa biaya penghasil kayu illegal logging negara antara US $ 10-15000000000 per tahun pendapatan hilang, akuntansi selama lebih dari sepersepuluh dari total perdagangan kayu di seluruh dunia, diperkirakan akan lebih dari US $ 150 miliar per tahun. Ini pendapatan yang hilang adalah sangat diperlukan untuk layanan publik yang sangat dibutuhkan seperti membangun sekolah dan rumah sakit.
Mengharapkan atau meminta satu negara untuk memerangi pembalakan liar sementara pada saat yang sama, menerima atau mengimpor kayu ilegal tidak mendukung upaya-upaya untuk memerangi kejahatan hutan ini .... Bahkan, memungkinkan impor dan perdagangan produk kayu ilegal bisa dianggap sebagai suatu tindakan untuk membantu atau bahkan untuk melakukan kejahatan hutan.
Muhammad Prakosa, Menteri Kehutanan Indonesia, Januari 2003.

Penyebab Soal

Lemahnya tata kelola dan korupsi di negara-negara penghasil kayu dan kegagalan pemerintah di negara-negara konsumen seperti Uni Eropa, AS dan Jepang untuk melarang impor kayu ilegal dan merusak login, memungkinkan perusahaan-perusahaan penebangan kayu yang tidak bermoral dan pedagang di seluruh dunia untuk mengeksploitasi hutan alam.
Peningkatan permintaan di seluruh dunia untuk produk kayu, terlepas dari legalitas mereka, adalah memicu kerusakan hutan. Misalnya Uni Eropa merupakan importir signifikan kayu dari daerah mana ilegal dan merusak logging merajalela.

Politik tindakan: tidak cukup untuk menyelamatkan hutan

Menakjubkan Uni Eropa tidak memiliki hukum untuk menghentikan impor kayu ilegal ke Eropa. Sebuah Rencana Aksi Uni Eropa Terhadap Penegakan Hukum Kehutanan Tata Kelola dan Perdagangan, yang dikenal sebagai FLEGT merekomendasikan pengembangan hukum, yang bisa termasuk melarang impor kayu ilegal. Sampai sekarang Komisi Eropa hanya mempromosikan tindakan sukarela, yang secara luas dianggap tidak cukup untuk melindungi hutan atau orang-orang yang bergantung pada mereka untuk mata pencaharian mereka. Ini tidak akan cukup untuk menyelamatkan hutan. Baca lebih lanjut

Alternatif untuk Perusakan Hutan

Alternatif untuk perusakan hutan meliputi sumber kayu dari hutan yang dikelola dengan baik dan The Forest Stewardship Council (FSC) .

Sistem Verifikasi Legalitas

Pasar untuk verifikasi legalitas produk kayu telah berkembang. Banyak sistem dan layanan telah dikembangkan untuk memeriksa, lisensi atau sertifikasi kayu legal.Kebutuhan untuk menilai dan memantau kredibilitas skema ini sangat penting dan Greenpeace telah mengambil tugas ini. ini penilaian , berdasarkan analisis desktop dan korespondensi langsung dengan's primer verifier dunia, kelas verifikasi legalitas sistem tujuh terhadap kriteria memberikan persyaratan penting minimum untuk memastikan kredibilitas.

PEMBALAKAN LIAR

Pembalakan liar atau penebangan liar (bahasa Inggris: illegal logging) adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.
Walaupun angka penebangan liar yang pasti sulit didapatkan karena aktivitasnya yang tidak sah, beberapa sumber tepercaya mengindikasikan bahwa lebih dari setengah semua kegiatan penebangan liar di dunia terjadi di wilayah-wilayah daerah aliran sungai Amazon, Afrika Tengah, Asia Tenggara, Rusia dan beberapa negara-negara Balkan.

Fakta Penebangan Liar 

Dunia

Sebuah studi kerjasama antara Britania Raya dengan Indonesia pada 1998 mengindikasikan bahwa sekitar 40% dari seluruh kegiatan penebangan adalah liar, dengan nilai mencapai 365 juta dolar A.S.
Studi yang lebih baru membandingkan penebangan sah dengan konsumsi domestik ditambah dengan elspor mengindikasikan bahwa 88% dari seluruh kegiatan penebangan adalah merupakan penebangan liar.
Malaysia merupakan tempat transit utama dari produk kayu ilegal dari Indonesia.

Amerika

Di Brazil, 80% dari penebangan di Amazon melanggar ketentuan pemerintah. Korupsi menjadi pusat dari seluruh kegiatan penebangan ilegal tersebut.
Produk kayu di Brazil sering diistilahkan dengan "emas hijau" dikarenakan harganya yang mahal (Kayu mahogani berharga 1.600 dolar AS per meter kubiknya).
Mahogani ilegal membuka jalan bagi penebangan liar untuk spesies yang lain dan untuk eksploitasi yang lebih luas di Amazon.

Dampak Pembalakan Liar
Data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-1997 Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektare setiap tahun dan diperkirakan sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional, besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan tebangan.
Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan di seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia akibat dari sistem politik dan ekonomi yang menganggap sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan dan bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi.
Menurut data Kementrian Perhutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta hektare kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektare per tahun. Bila keadaan seperti ini dipertahankan, dimana Sumatera dan Kalimantan sudah kehilangan hutannya, maka hutan di Sulawesi dan Papua akan mengalami hal yang sama. Menurut analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang tahun 2010.
Praktek pembalakan liar dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan kelestarian, mengakibatkan kehancuran sumber daya hutan yang tidak ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu senilai US$ 5 milyar, diantaranya berupa pendapatan negara kurang lebih US$1.4 milyar setiap tahun. Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya nilai keanekaragaman hayati serta jasa-jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari sumber daya hutan.
Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai angka 3,8 juta hektare pertahun, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas illegal logging atau penebangan liar (Johnston, 2004). Sedangkan data Badan Penelitian Departemen Kehutanan menunjukan angka Rp. 83 milyar perhari sebagai kerugian finansial akibat penebangan liar (Antara, 2004).

References Plant (1 - 6)

References

  1. ^ Haeckel G (1866). Generale Morphologie der Organismen. Berlin: Verlag von Georg Reimer. pp. vol.1: i–xxxii, 1–574, pls I–II; vol. 2: i–clx, 1–462, pls I–VIII. 
  2. ^ "plant[2 - Definition from the Merriam-Webster Online Dictionary"]. http://www.merriam-webster.com/dictionary/plant%5B2%5D. Retrieved 2009-03-25. 
  3. ^ "plant (life form) -- Britannica Online Encyclopedia". http://www.britannica.com/EBchecked/topic/463192/plant. Retrieved 2009-03-25. 
  4. ^ Margulis, L. (1974). "Five-kingdom classification and the origin and evolution of cells". Evolutionary Biology 7: 45–78. 
  5. ^ a b c d e Raven, Peter H., Ray F. Evert, & Susan E. Eichhorn, 2005. Biology of Plants, 7th edition. (New York: W. H. Freeman and Company). ISBN 0-7167-1007-2.
  6. ^ Bremer, K. (1985). "Summary of green plant phylogeny and classification". Cladistics 1: 369–385. doi:10.1111/j.1096-0031.1985.tb00434.x. 
  7. ^ Mishler, Brent D.; S. P. Churchill (1985). "Transition to a land flora: phylogenetic relationships of the green algae and bryophytes". Cladistics 1: 305–328. doi:10.1111/j.1096-0031.1985.tb00431.x. 
  8. ^ Mishler, Brent D.; Louise A. Lewis; Mark A. Buchheim; Karen S. Renzaglia; D. J. Garbary; Carl F. Delwiche; F. W. Zechman; T. S. Kantz; & Ron L. Chapman (1994). "Phylogenetic relationships of the "green algae" and "bryophytes"". Annals of the Missouri Botanical Garden (Annals of the Missouri Botanical Garden, Vol. 81, No. 3) 81 (3): 451–483. doi:10.2307/2399900. http://jstor.org/stable/2399900. 
  9. ^ Van den Hoek, C., D. G. Mann, & H. M. Jahns, 1995. Algae: An Introduction to Phycology. pages 343, 350, 392, 413, 425, 439, & 448 (Cambridge: Cambridge University Press). ISBN 0-521-30419-9
  10. ^ Van den Hoek, C., D. G. Mann, & H. M. Jahns, 1995. Algae: An Introduction to Phycology. pages 457, 463, & 476. (Cambridge: Cambridge University Press). ISBN 0-521-30419-9
  11. ^ Crandall-Stotler, Barbara. & Stotler, Raymond E., 2000. "Morphology and classification of the Marchantiophyta". page 21 in A. Jonathan Shaw & Bernard Goffinet (Eds.), Bryophyte Biology. (Cambridge: Cambridge University Press). ISBN 0-521-66097-1
  12. ^ Schuster, Rudolf M., The Hepaticae and Anthocerotae of North America, volume VI, pages 712-713. (Chicago: Field Museum of Natural History, 1992). ISBN 0-914-86821-7.
  13. ^ Goffinet, Bernard; William R. Buck (2004). "Systematics of the Bryophyta (Mosses): From molecules to a revised classification". Monographs in Systematic Botany (Missouri Botanical Garden Press) 98: 205–239. 
  14. ^ Gifford, Ernest M. & Adriance S. Foster, 1988. Morphology and Evolution of Vascular Plants, 3rd edition, page 358. (New York: W. H. Freeman and Company). ISBN 0-7167-1946-0.
  15. ^ Taylor, Thomas N. & Edith L. Taylor, 1993. The Biology and Evolution of Fossil Plants, page 636. (New Jersey: Prentice-Hall). ISBN 0-13-651589-4.
  16. ^ International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, 2006. IUCN Red List of Threatened Species:Summary Statistics
  17. ^ "The oldest fossils reveal evolution of non-vascular plants by the middle to late Ordovician Period (~450-440 m.y.a.) on the basis of fossil spores" Transition of plants to land
  18. ^ Rothwell, G. W.; Scheckler, S. E.; Gillespie, W. H. (1989). "Elkinsia gen. nov., a Late Devonian gymnosperm with cupulate ovules". Botanical Gazette 150: 170–189. 
  19. ^ Kenrick, Paul & Peter R. Crane. 1997. The Origin and Early Diversification of Land Plants: A Cladistic Study. (Washington, D.C.: Smithsonian Institution Press). ISBN 1-56098-730-8.
  20. ^ Smith, Alan R., Kathleen M. Pryer, E. Schuettpelz, P. Korall, H. Schneider, & Paul G. Wolf. (2006). "A classification for extant ferns". Taxon 55(3): 705-731.
  21. ^ a b Robbins, W.W., Weier, T.E., et al., Botany:Plant Science, 3rd edition , Wiley International, New York, 1965.
  22. ^ Goyal, K., Walton, L. J., & Tunnacliffe, A. (2005). "LEA proteins prevent protein aggregation due to water stress". Biochemical Journal 388 (Part 1): 151–157. doi:10.1042/BJ20041931. PMC 1186703. PMID 15631617. Archived from the original on 2009-08-03. http://www.webcitation.org/5il9QhYT0. 
  23. ^ a b Campbell, Reece, Biology, 7th edition, Pearson/Benjamin Cummings, 2005.
  24. ^ BBC Report
  25. ^ Howard Frank, Bromeliad Phytotelmata, October 2000
  26. ^ Barthlott, W., S. Porembski, R. Seine, and I. Theisen. 2007. The Curious World of Carnivorous Plants: A Comprehensive Guide to Their Biology and Cultivation. Timber Press: Portland, Oregon.
  27. ^ "cocaine/crack". http://www.urban75.com/Drugs/drugcoke.html. 
  28. ^ "Deaths related to cocaine". http://ar2005.emcdda.europa.eu/en/page050-en.html. 
  29. ^ "Illegal drugs drain $160 billion a year from American economy". Archived from the original on 2008-02-15. http://web.archive.org/web/20080215071055/http://www.whitehousedrugpolicy.gov/NEWS/press02/012302.html. 
  30. ^ "The social cost of illegal drug consumption in Spain". http://www.ingentaconnect.com/content/bsc/add/2002/00000097/00000009/art00012.